Sabtu, 05 Februari 2011

Kunci Morotai Ada di Bandara Morotai

Wilayah Maluku Utara, tepatnya di Morotai dan sekitarnya punya potensi besar untuk menjadi kawasan terdepan Indonesia yang maju. Ikan, rumput laut, pariwisata dan sejarah mereka punya. Namun kendala ada di transportasi. Sehingga menjadi penting untuk membangun bandara komersial di Pulau Morotai.Demikian benang merah yang tersimpul dari pendapat beragam kalangan yang tinggal di daerah itu. Dan untuk membikin bandar udara di Morotai sebenarnya tak terlalu sulit.


Di sana ada tujuh landasan bekas markas tentara sekutu pada Perang Dunia Kedua. Landasan itu kini masih dipakai TNI Angkatan Udara sebagai pangkalan militer. Tapi dari tujuh landasan yang ada, baru dipakai satu."Mitra saya pengusaha Korea bilang potensi daerah ini luar biasa. Tapi sulit untuk mencapai ke sini. Kalau bandara komersial dibuka, makin banyak investor yang berdatangan," kata pengusaha perikanan dan mutiara asli Morotai Hajjah Fatma Abdul Aziz, kepada Jurnal Nasional Selasa (3/8).Akibat ketiadaan bandara komersial, perempuan yang biasa dipanggil Ibu Fat itu menuturkan dia harus bertransaksi dagang lewat Makassar atau Surabaya. Berputar. Tidak efisien jadinya.

"Sebelum kerusuhan Ambon, saya dulu pernah ekspor cakalang tuna ke India. Tapi harus lewat Surabaya," ucapnya.Kepala Bank Indonesia Ternate Marlison Hakim juga mengatakan, melihat dari beragam sisi, wilayah Maluku Utara yang baru mekar sebagai kabupaten itu layak menjadi kawasan ekonomi Indonesia masa depan.Khusus untuk Morotai, bahkan makin potensial setelah Kementerian Perikanan dan Kelautan mencanangkan wilayah ini sebagai kawasan Minapolitan. Tempat produksi perikanan tangkap dan budidaya mengalir dari hulu ke hilir."Morotai sangat potensial. Dari sektor perikanan, yang baru terwujud kecil sekali.

Belum lagi melihat sisi pariwisata, perkebunan dan sejarah sebagai bekas pangkalan Jenderal Douglas MacArthur," ucapnya.Melihat besarnya potensi ini, menjadi sayang bila tak terwujud. Namun ada syarat. "Pemerintah setempat harus fokus pada kelautan dan perikanan. Gak usah macam-macam. Kelemahan kita sering pada bagaimana mengemas dan menjual produk," kata Marlison.Staf Dinas Kelautan dan Perikanan setempat Cahyadi Rasyid juga setuju. Dia bilang potensi perikanan besar di Morotai akan terwujud dengan dibukanya bandara. Laju lalu lintas orang, uang dan barang makin gencar.

Hal yang juga diiyakan analis muda Bank Indonesia Ternate Sonny Ciputra. Menurut dia, selain punya beragam potensi, Morotai juga punya letak strategis di abad 21 yang mengarah ke Pasifik. Bila dibangun bandara, maka orang tidak perlu transit dulu ke Biak, seperti yang dilakukan selama ini.Yang paling istimewa, Morotai itu tempat migrasi tuna dari Pasifik ke Laut Maluku. Di timur, barat, utara, dan selatan Morotai, tuna bertebaran menunggu ditangkap. "Bila rencana Kementerian Kelautan dan Perikanan menjadikan Morotai sebagai Kawasan Ekonomi Khusus, kendala infrastruktur teratasi. Morotai bisa seperti Batam," katanya.Kunci kini ada di pemerintah dan TNI Angkatan Udara sebagai pemilik landasan udara. Seturut dengan hal itu, Komandan Lanud Morotai Damar Hari Sadewo sangat mendukung pembukaan bandara.

"Kami membuka diri untuk membangun bandara komersial. Itu mungkin sekali," katanya.Gayung pun bersambut. Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Kementerian Perhubungan akan memfasilitasi kerja sama antara TNI AU dengan pihak swasta untuk membuka jalur transportasi udara. "Ini penting. Tanpa adanya transportasi udara, produk dari Indonesia Timur tidak bisa bersaing di internasional," kata Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad di Pelabuhan Yos Sudarso, Ambon, Selasa (3/8).Untuk transportasi laut, menurut Fadel, PT Pelni juga akan menambah rute pelayaran di beberapa wilayah. Di luar masalah transportasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan juga sudah mulai membentuk beberapa titik pertumbuhan Indonesia Timur. Antara lain di Morotai, Aru, Tual, Merauke, dan Papua. Suhartono/ Yanuar Jatnika

Sumber:
http://www.jurnalnasional.com/show/newspaper?rubrik=Ekonomi%20-%20Keuangan%20-%20Bisnis&berita=139407&pagecomment=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar