Sabtu, 05 Februari 2011

Pulau Morotai

Dulu jalur strategis, kini malah terlupakan.

Morotai tempo dulu adalah sebuah pulau kecil yang sangat strategis dalam menyusun kekuatan militer semasa Perang Dunia (PD) ke-2. Bukan apa-apa, di pulau yang berada di bibir Samudra Pasifik inilah pasukan Amerika Serikat (AS) mengatur strategi militer guna menaklukkan musuh-musuhnya.

Bandar udara pun dibangun agar bisa didarati pesawat-pesawat tempur milik AS dan para sekutunya. Di bawah komando Panglima Divisi VII AS, Jenderal Douglas MacArthur yang heroik itu, sebanyak 63 batalion mendarat di Tanjung Dehegila, Morotai sejak 15 September 1944. Di situlah, jenderal berbintang empat itu menggalang kekuatan ratusan ribu pasukan dari berbagai angkatan mulai dari darat, laut, dan udara. Tujuannya, menggempur kekuatan tentara Jepang yang berkuasa di kawasan Asia, termasuk Indonesia.


Bagi tentara Sekutu, Bandara Morotai merupakan sistem multi pintu masuk (multi gate system) dari Pasifi k. Morotai dipilih AS karena secara geografi s memang sangat strategis di kawasan Asia Pasifi k. Dan terbukti, Morotai mampu membawa kemenangan bagi tentara AS dalam menundukkan musuh utamanya, tentara Nippon.

Padahal secara geologis, Kepu lauan Morotai rawan terhadap bencana alam seperti gempa bumi tektonik dan tsunami. Maklum, kawasan itu terletak pada pertemuan tiga lempeng, yakni Lempeng Australia yang bergerak ke arah selatan, serta Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik, keduanya bergerak dari arah barat.

Pesawat Tempur Tercanggih

Bisa dibayangkan keramaian Morotai ketika itu. Pesawat-pesawat tempur milik negara adi kuasa tercanggih di zamannya itu hilir-mudik meramaikan kota kecil. Tak hanya Morotai yang ramai. Pulau-pulau kecil di sekitarnya juga dijadikan markas untuk mendukung kegiatan utama di Morotai.

Di Pulau Zum-zum misalnya, dulu digunakan sebagai pusat komando bagi pasukan sekutu. MacArthur pernah bermarkas di pulau yang kini secara administratif berada di Kecamatan Morotai Selatan, Kabupaten Moratai, Provinsi Maluku Utara (Malut). Pulau yang berjarak sekitar lima mil dari Morotai itu kabarnya juga dipakai sebagai tempat persembunyian bagi pemimpin tentara Jepang, Nakamura. Di Pulau ini terdapat berbagai benda peninggalan sejarah seperti pistol, rangka pesawat tempur, mobil perang, dan lain-lain.

Wajar saja kalau para petinggi AS dan Jepang itu betah tinggal di sana. Selain cukup aman, pulau ini masih alami dan memiliki panorama pasir putih nan menawan. Keindahan dasar lautnya juga sangat memikat. Aneka jenis terumbu karang dengan berbagai jenis ikan hias penuh warna- warni menghiasi keelokan alam dasar laut. Kini, suasananya jauh berbeda.

Tak ada lagi desingan gemuruh berbagai pesawat tempur. Bandara Morotai hanya menyisakan keperkasaan masa lalu. Tujuh jalur landasan pacu yang masing-masing memiliki panjang sekitar tiga kilometer (km) itu kini menjadi saksi bisu. “Hingga kini Bandara tersebut belum dimanfaatkan untuk operasional penerbangan sipil. Sayang memang, Morotai belum melayani penerbangan umum secara permanen,” ungkap Ketua Malut Crisis Center (MCC) Ir Muhammad Banapon, MSi. Kini, Bandara tersebut dijadikan pangkalan udara oleh

TNI AU yang lebih banyak dipakai untuk penerbangan militer. Kalaupun ada penerbangan sipil, itu terbatas untuk angkutan perniagaan. Padahal, kalau Morotai dijadikan bandara bagi penerbangan reguler maka berbagai kegiatan pun bakal ramai. Maklum, Morotai memiliki segudang potensi wisata, mulai dari wisata sejarah, wisata budaya, wisata bahari, sampai wisata darat. Morotai perlu dikemas menjadi daerah wisata bernuansa sejarah yang dilengkapi berbagai koleksi alat tempur sebagai simbol perjuangan tentara AS dan Jepang di kawasan itu.

Dengan begitu, banyak generasi muda dari kedua negara maju tersebut dapat bernostalgia ke Morotai dimana para leluhur mereka berjuang dengan gagah berani. Mereka pun dapat menikmati keindahan alam Morotai yang masih alami. Sejarah mencatat, ketika Morotai masih berada di Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku, pada tahun 2002/2003 kontribusi sektor wisata cukup tinggi, yakni sekitar 28 persen dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Kini, setelah Morotai menjadi kota kabupaten di bawah koordinasi Gubernur Malut, kontribusi sektor wisata tersebut sebenarnya dapat ditingkatkan.

Berpasir Putih

Selain Morotai dan Zum-zum, kawasan indah juga terdapat di Pulau Dodola Besar dan Pulau Dodola Kecil, keduanya berada di Kecamatan Morotai Selatan. Di Taman Laut Dodola inilah para pelancong dapat menikmati rekreasi selam (diving) dan memancing. Maklum, kawasan ini memang terkenal dengan keindahan terumbu karang dan ikan hias.

Anda juga dapat menikmati panorama pantai berpasir putih sepanjang 16 km. Sementara itu, di Pulau Ngelengele Besar dan Pulau Ngelengele Kecil (keduanya berada di Kecamatan Morotai Selatan Barat dan berjarak sekitar lima mil dari Pelabuhan Daruba, Morotai) pelancong dapat memanjakan diri menikmati pasir putih, matahari tropis, dan laut biru.

Bagi yang gemar menyelam, silakan nikmati keelokan berbagai jenis terumbu karang dan ikan hias. Di dasar laut hingga kedalaman 6-8 meter, kondisi terumbu karangnya masih sangat baik dengan penutupan karang sekitar 75 persen dan dihuni 17 genera karang keras. Terumbu karangnya datar (reef fl at) dengan bentuk pertumbuhan bercabang. Kawasan ini juga memiliki potensi kerang kima, bintang laut, dan bulu babi.

Di perairan Pulau Ngele-ngele Kecil memiliki penutupan karang 63,5 persen. Walaupun persentase penutupan karang tersebut lebih kecil daripada di Pulau Ngele-ngele Besar, namun di perairan itu dihuni oleh 23 genera karang keras. Udang lobster yang lezat dan bergizi juga banyak ditemui di perairan ini. Tak jauh dari Morotai atau sekitar delapan mil, Anda juga dapat berkelana ke Pulau Galo-galo Kecil. Pulau yang mudah dijangkau dengan speed boat dan long boat dari Pelabuhan Daruba ini menyimpan keindahan dasar laut dan pantai pasir putih yang menawan.

Bukan hanya di laut, di darat pun Kabupaten Morotai kaya wisata alam. Sebut saja objek wisata Air Kaca di Morotai Selatan. Kawasan tersebut cocok untuk berekreasi dan olahraga. Lalu bagi penggemar wisata gua, dapat mampir di dua kecamatan, yakni Morotai Selatan dan Morotai Selatan Barat. Singkat kata, Kabupaten Pulau Morotai yang secara geografi s berada pada koordinat 2o 00’ sampai 2o 40’ Lintang Utara dan 128o 15’ sampai 128o 40’ Bujur Timur itu memang layak menjadi kota tujuan berbagai kegiatan bisnis yang strategis. Masa depan kabupaten yang dikaruniai 33 pulau kecil, tujuh pulau di antaranya berpenghuni ini memang sangat menjanjikan jika dikelola secara serius. _ b siswo

Sumber :
http://www.koran-jakarta.com/berita-detail.php?id=46824 
7 Maret 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar